Jumat, 31 Oktober 2014

Bismillah, The One Will Come.



Until when my love story it's being like this?

Gue bukannya menyalahkan keadaan atau gimana. Tapi,i'm tired to always feel this. Gue lelah harus kehilangan lagi orang yang gue sayang. Rasanya, gue harus mengulang lagi dari awal. Mulai menata hati kembali, harus selfupgrade kepribadian gue, mulai membangun hubungan baru lagi. Dan at least, gue harus start from zero.

Gue hanya mengingkan satu hal, gue pengin menjalin hubungan dengan seseorang yang memang menurut gue, he's the one for me. Untuk kesekian kalinya gue mencoba, berbagai upaya yang gue lakukan, pada akhirnya, cowok yang pernah gue sayang/dekat, jadian dengan cewek lain.

Sedangkan gue?

Tetap sendiri.

Harus sampai kapan gue begini terus? Gue mencoba semaksimal mungkin untuk membuka hati gue. Semenjak gue stuck di satu cowok selama kurang lebih tiga tahun, pada akhirnya, gue bisa move on dari Ai. Tapi iya begitu, pada akhirnya, Ai jadian sama cewek lain. Dan gue? Masih aja ngejomblo.

Mungkin Allah memang enggak mempersatukan gue dan Ai saat ini. Karena bisa aja, kalaupun pada akhirnya gue bisa jadian sama Ai, gue enggak bahagia dan kebanyak sedihnya. Iya bisa aja, kan?

Memang sih gue awalnya nyesek banget pas tau si Ai udah punya pacar. Tapi kalau di pikir-pikir lagi, ketika ingat dia pernah nyakitin perasaan gue, gue menjadi ada rasa sedikit kecewa sama Ai. Iya, intinya, gue mau positif thinking aja. Maybe Ai bukan yang terbaik, dan Allah dengan baiknya memperkenalkan dia ke hidup gue, agar gue belajar dan mengambil banyak hikmah dari setiap kejadian.

Dan buat Ai, semoga lo bahagia ya dengan pacar baru lo yang sekarang. Longlast<3

Gue yakin dan gue selalu percaya, bahwa suatu saat, akan ada seseorang di luar sana, akan menyayangi gue dan dia adalah "the one" yang gue butuhkan.

Allah enggak tidur dan akan memberikan segala yang terbaik buat umatnya.

Iya, kan? :")

Selasa, 21 Oktober 2014

Dear Ai, Thank You :")

Maybe, he's not the best one for me.

Iya, mungkin untuk kesekian kalinya (lagi) gue kehilangan seseorang yang gue sayang. Selama kurang lebih tiga tahun gue mencoba untuk Move On dari cinta pertama gue di SMA, akhirnya, gue bisa felt in love lagi with someone at my workplace.

Dan cowok itu bernama Ai.

Iya, Ai. Cowok yang menjadi partner gue selama magang di tempat kerja, sekarang dekat lagi dengan gue. Rasanya enggak nyangka aja, ketika awalnya gue berfikir, bahwa gue enggak bisa dekat lagi dengan Ai karena ada beberapa orang disana yang 'sepertinya' enggak suka melihat kedekatan gue dengan Ai, ternyata, kita berdua bisa dekat lagi. Dan bagi gue, ini adalah suatu keajaiban banget.

Entah kenapa, semenjak gue mengenal Ai, gue jadi bisa lebih ekspresif dalam mengutarakan apa yang gue rasakan. Dan did you know? Untuk pertama kalinya, sekali dalam seumur hidup, gue mengenalkan seorang cowok ke nyokap secara PERSONAL. Dan untuk pertama kalinya juga, gue bener-bener nunjukin rasa sayang dan perhatian gue in action, dan enggak sekedar lewat chatting aja.

Gue mau ceritain sedikit tentang satu hal ternekad yang pernah gue lakukan, ketika gue lagi dekat-dekatnya dengan Ai.

Jadi gini, beberapa minggu yang lalu,gue balik ke kost-kostan di daerah Jakarta Selatan. Dan kebetulan, gue baru pulang dari bekasi. Dan sehari sebelum gue balik ke kostan, gue BBM-an sama Ai. Dan setelah gue sama dia ngobrol, ternyata yang gue tau, dia lagi sakit. Iya otomatis dong, gue ngerasa prihatin pas tau kondisi dia lagi enggak fit kayak gitu. Nah, yaudah tuh, karena gue mau lihat kondisi nya si Ai, gue sengaja minta Nyokap buat bikinin kue cokelat. Iya itung-itung gue bawa sesuatu buat Ai.

Yaudah tuh, singkat cerita, keesokan harinya, gue pun udah niat banget tuh mau ke kostan Ai. Kebetulan, kostan gue dan Ai cuma berbeda satu gang aja. Dan jujur aja, gue sempat deg-degan pas lewat depan kostannya si Ai, dan mikir,

'Duh, gue beneran mampir ke kostan-nya si Ai gak ya?"

Dan karena gue masih bimbang, ketika gue melirik sedikit ke arah dalam kostan Ai, gue melihat, pintu kamarnya masih tertutup rapat. Iya, ada rasa lega dan kecewa juga. Lega nya, karena dia enggak tau kedatangan gue. Tapi kecewanya, gue takut dia ketiduran dan gue enggak bisa melihat kondisinya dia. Iyaudah tuh, gue memutuskan buat mampir ke warung yang lokasinya enggak jauh-jauh banget dari kostan-nya Ai. Dan setelah gue beli minuman dingin di warung tersebut, gue memberanikan diri buat mampir ke kostan-nya doi. Sampai akhirnya, kedua mata gue pun terbelalak, karena ngeliat pintu kamar dan jendela kamar kostannya dia yang terbuka lebar. Dan gue melihat si Ai lagi passs banget telanjang dada. Iya otomatis dong gue kaget. Dan otomatis, ketika gue ngeliat si Ai, eh dia juga lagi ngeliat ke arah gue. And did you know what he do when saw me in front of him.

He's scream out loud.

"ARGHHHH!" Si Ai udah menjerit layaknya wanita. Gue aja kalah melejit suaranya ketimbang sama doi.

"Eh iya deh iya, enggak ngeliat nih gue!" Seru gue sambil nutupin mata, dan mencoba untuk menutupi rasa malu gue juga sih sebenernya.

"Bentar bentar! Gua pake baju dulu!"

Iyaudah tuh, setelah beberapa menit gue menunggu si Ai ganti baju, gue pun ngobrol-ngobrol sebentar sama dia.

"Apaan nih?" Tanya Ai keheranan saat melihat sesuatu yang sedang gue bawa.

"Kue cokelat, buat lo. Biar cepat sembuh. Di makan, ya!" Jawab gue bersemangat.

Gue pun memandang Ai terus. Menebak-nebak apa dia masih sakit apa enggak. Dan karena gue penasarn, gue pun akhirnya buka suara.

"Eh gimana keadaan lo? Masih sakit gak?"

Dengan tampang polosnya, si Ai berkata, "Alhamdulillah kok udah mendingan"

"Masa? Coba sini-sini gue cek dulu keningnya" Seru gue. Dan enggak tau kenapa, gue spontan aja gitu langsung megang keningnya. Dan the sweet things, dia merendahkan sedikit badannya, agar gue bisa sampai megang keningnya :").

Dan craziest thing, gue reflek langsung megang pipi nya dia. Dan kalian tau? Dia tersenyumm dan cuma diem aja ngeliatin gue dengan tatapan mata yang teduh. Arghhh rasanya mau terbang banget. Ini pertama kalinya gue melakukan hal gila dan ternekad dalam hidup gue. Oh my Lord, dan selama beberapa jam, kita berdua ngobrol ngalorrr ngidul. Kita berdua di situ bercanda bareng, mulai curhat-curhatan, kejar-kejaran kayak di film India, bahkan Ai pun mengenalkan keluarganya lewat foto-foto yang dia simpan di galeri Smartphone.Rasanya, gue enggak nyangka aja gitu, Ai bisa dengan sangat terbuka menceritakan tentang masa kecil dia, tentang keluarga dan terutama Ibunya ke gue. Dan dia juga menceritakan tentang pengalaman dia bekerja di Jakarta, dan pokoknya, masih banyak banget deh cerita-cerita yang dia utarain ke gue. Dan jujur aja, hari itu, hari dimana gue bisa senyaman dan sedekat ini dengan cowok, setelah tiga tahun gue stuck sama first love SMA gue.

Tapi akhir-akhir ini, Ai seakan menjauh dari gue. Entah apa yang ada di pikirannya dia. Gue banyak berpendapat, bahwa dia bosan dengan gue ataupun semacamnya. Entahlah.

Tapi yang bikin gue sedih lagi, gue harus menerima kenyataaan, bahwa Ai bahkan selamanya meninggalkan Jakarta setelah masa kontrak kerja dia di sini sudah habis. Rasanya gue enggak rela aja gitu kalau enggak melakukan sesuatu buat dia, sebelum dia pergi ke kampung halamannya, Bogor.

Semakin kesini, gue enggak peduli lagi tentang perasaan Ai ke gue. Gue enggak mau muna, emang gue ada sedikit rasa ke Ai. Iya mungkin rasa ini muncul karena he's always there for me when i get trouble. Rasanya sedih, ketika satu-satunya orang yang selalu ada di saat lo butuh, be a first one yang selalu ada ketika lo lagi sedih, dan lo harus terima kenyataan, bahwa dia akan pergi dan enggak kembali lagi dalam jangka waktu yang sangat lama.

Sedih gak sih? :")

Tapi gue punya satu harapan. Kalau misalkan Allah berkehendak, gue penginn banget nonton berdua bareng sama Ai. Dan ketika dia mau pulang ke Bogor, gue mau nganterin dia ke stasiun untuk terakhir kalinya. Mungkin ini adalah wujud rasa peduli gue yang sebenarnya ke seseorang. Dan semenjak gue mengenal Ai, gue jadi bisa melupakan masa lalu gue. Meskipun masih jadi misteri, apakah Ai memang pernah suka sama gue, apa cuma mau mainin perasaan gue doang?

Buat Ai, makasih banget udah pernah menjadi orang terdekat selama beberapa bulan ini. Terimakasih juga, karena selalu ada buat gue, selalu support dan selalu membuat gue semangat. Terima kasih buat selalu mengajarkan gue untuk sabar, dan lo bisa mengerti sifat gue yang banyakkk banget minusnya. Terima kasih udah pernah membuat gue bahagia. Walaupun gue enggak tau, lo itu beneran tulus temenan sama gue apa enggak, atau cuma sekedar manfaatin gue atau gimana, tapi yang jelas, gue enggak terlalu mempermasalahkan hal itu. Gue justru malah berterima kasih, karena semenjak mengenal lo, gue banyakkk banget dapat pelajaran.