Kamis, 30 April 2015

Be Brave To Take A risk



Mungkin ini adalah keputusan terbaik yang harus gue ambil.

Gue memutuskan diri mengundurkan diri menjadi seorang TDR di tempat gue bekerja, dan kembali menjadi seorang Cashline. Udah cukup gue di sindir-sindir selama seminggu sama staff TDR. Saking gue udah emosi banget sama mereka, gue langsung ngomong ke Senior Cashier dan Head Cashier gue. Gue menjelaskan alasan kenapa gue mengundurkan diri. Gue jelasin juga apa yang gue dan anak-anak lain yang pernah menjadi TDR rasakan. Di hina, harus inisiatif sendiri untuk bisa memahami semua materi TDR yang banyaknya nauzubillah. Bahkan sampai head Security pun sampai tau tentang masalah ini.

Gue udah bener-bener emosi banget saat itu. Gue seharian enggak berhenti ngomong karena membahas staff TDR yang enggak pernah welcome sama anak baru. Terlebih lagi gue yang belum ada sebulan bekerja, udah di angkat menjadi seorang TDR. Mereka beranggapan, kalau gue itu enggak punya prestasi apa-apa dan segala hal yang gue lakukan itu salah.

Gue udah mengundurkan diri dari TDR, dan satu hal yang harus gue hadapi adalah; menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari rekan kerja gue. Semua pada heran pas melihat gue udah membuka kasa dan menjadi seorang Cashline lagi. Gue sampai bingung mau jelasin ke merekanya kayak gimana. Banyak yang nanya kayak gini,

"Lia, kok lo buka Kasir lagi, sih? Bukannya lo jadi TDR?!"

"Eh, kemana aja lo baru keliatan. Bukannya lo sekarang jadi TDR? Kok malah di kasir lagi, sih, sekarang?"

"Eh lo kenapa enggak di TDR lagi? Pasti gara-gara orangnya, ya, Li?"

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini bikin gue pusing. Belum lagi para Senior yang juga ikutan kaget pas tau gue enggak jadi TDR lagi. Belum lagi ada beberapa anak yang menyindir gue. Istilahnya, gue seperti turun jabatan, dari seorang TDR menjadi Cashline. Tapi bagaimana pun orang menilai gue saat ini, mereka enggak tau gimana gue berusaha untuk bertahan di TDR. Gimana gue dengan beraninya membela diri gue di hadapan para Staff TDR yang hampir di benci sama semua rekan-rekan kerja gue, karena kesombongan dan keangkuhan mereka yang bisa bikin kita geleng-geleng kepala. Gue bukannya merasa hebat ataupun gimana, tapi gue coba menguutarakan apa yang gue rasa. Kalaupun gue salah, ya gue bakal diem. Itu sebabnya kenapa gue berani ngomong segala hal yang gue rasakan di TDR sama Head Cashier gue, karena biar beliau tau, kenapa banyak orang yang di angkat menjadi TDR, pada akhirnya mengundurukan diri, sama seperti yang gue lakukan sekarang. Dan untungnya aja, Head Cashier gue bisa mengerti dan mencoba mencari jalan terbaik, yaitu dengan cara memindahkan gue menjadi seorang Cashline lagi. Head Cashier gue enggak mau membuat gue merasa tertekan dan stress kalau masih di tempatkan di TDR.

Semenjak gue udah menjadi Cashline lagi, keadaan kembali normal seperti biasa. Beberapa Security ada yang sempat nanya-nanya juga ke gue kenapa balik lagi jadi seorang Cashline. Tapi gue cukup membalas pertanyaan mereka dengan senyuman,

" Saya lebih nyaman jadi Cashline :) "

Ada satu orang yang benar-benar tau masalah yang gue alamin sekarang. Gue enggak nyangka, orang yang gue anggap genit, orang yang gue pikir itu suka godain cewek, adalah seorang Elang di tempat gue kerja. Elang di sini bukannya Elang Indosiar, tapi sebutan Elang itu di tunjukan untuk Head Security di tempat gue bekerja. Dia adalah orang yang bakal turun tangan kalau misalkan ada masalah di tempat gue bekerja. Saat gue menceritakan masalah gue, dia benar-benar menguatkan hati gue banget. Dia yang meyakinkan gue kalau Staff TDR itu enggak lebih baik daripada gue. Dia juga yang membuat gue semangat untuk kerja lagi dan enggak berlarut-larut dalam kesedihan.

***

Masalah di tempat kerja yang bikin pikiran gue mumet, membuat gue memutuskan untuk hangout sama teman-teman gue, yaitu Ulan dan Iky. Iya, Ulan dan Iky pacaran, sedangkan gue Single. Hehe.
Iya tapi enggak apa-apa sih, seenggaknya kita bertiga Q-time banget. Mulai dari makan-makan sampai karokean enggak kenal waktu. Enjoyed banget pokoknya!

Dari SMP sampai Kerja, kalau hangout sama dia mulu. Sampai bosen

Harusnya berempat nih. Tapi yang satunya lagi enggak Mood buat hangout.


Abaikan wajah gue. Enggak sebulat itu kok.











Okay, see youuuu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar