Yang namanya hidup, semakin kita bertambah umur, banyak hal yang akan kita rasakan dan kita ambil hikmahnya. Dan ini yang sekarang sedang gue rasakan dan coba buat resapin.
Bagi kalian yang berumur 19tahun kayak gue, sekarang lagi sibuk dengan jadwal Perkuliahan kalian. Tugas kelompok, Kuis dan berbagai macam kegiatan Kampus terus menerus memenuhi kegiatan kalian sehari-hari.
InsyaAllah, kalau memang ada umur dan rezeki, gue mau Kuliah tahun ini. Awalnya gue mau mengambil jurusan Sastra Inggris. Tapi setelah gue berpikir berkali-kali dan di omongin sama kedua orang tua, akhirnya gue memutuskan untuk mengambil jurusan Psikologi di salah satu Universitas Swasta. Mengingat gue sekarang berstatus sebagai seorang Pekerja, untuk mencoba masuk ke Perguruan Tinggi Negeri kayaknya enggak akan bisa gue Manage dengan baik untuk segi waktunya.
***
Setelah gue magang selama enam bulan di sebuah Supermarket, kini gue pun berpindah ke Supermarket yang statusnya jauh 'lebih besar' daripada tempat gue magang sebelumnya. Alhamdulillah, tiga minggu gue menaruh lamaran, akhirnya, gue bersama kedua teman gue, Idan dan Amra, akhirnya di panggil dan resmi menjadi pegawai di Supermarket tersebut.
Dan tetap, menjadi Cashier.
Menurut peraturan, kalau misalkan gue udah magang selama enam bulan, gue akan berganti status menjadi pegawai Kontrak. Bagi gue, menjadi pegawai Kontrak adalah salah satu pencapaian yang pengin banget gue wujudkan. Di samping itu pula, pergantian status pekerja di tandai dengan perubahan pakaian kerja. Kalau magang memakai baju warna Biru, kalau pegawai kontrak sudah memakai baju warna merah.
Ini saat gue masih magang.
Dan puji syukur kepada Allah, setelah gue melakukan uji coba selama dua minggu, akhirnya, status gue pun berganti menjadi pegawai kontrak.
Gue udah di kontrak.
Setelah gue resmi di Kontrak, beberapa hari kemudian, Senior Head Cashier gue secara langsung meminta gue untuk menjadi seorang TDR (Temporary Deposit Room). Untuk kalian yang belum tau tentang pekerjaan ini, TDR adalah orang-orang yang menghitung semua transaksi di Supermarket. Satu kebanggaan tersendiri di tawari menjadi seorang TDR. Tapi gue tau, resiko menjadi seorang TDR itu tinggi. TDR berhubungan dengan pendapatan Supermarket setiap harinya. Kecepatan dan Ketepatan bekerja sangat d butuhkan di bidang ini.
Tapi kalau kalian berpikir gue itu kerja nya gesit dan akurat, kalian salah besar.
Perlu kalian ketahui, sebenarnya, gue paling benci dengan hal-hal yang berbau dengan angka. Selain itu pula, gue juga orangnya enggak teliti dan ceroboh. Terkadang gue sendiri bingung, kok gue yang di pilih, ya?
Tapiiii, meskipun gue mempunyai kekurangan di hitung-hitungan, gue cukup berbangga. Karena dari semua staff TDR, gue adalah satu-satunya staff TDR termuda di situ.
Gue udah tiga hari bekerja sebagai seorang TDR. Jujur aja, gue banyakkk banget salahnya. Entah keliru menghitung uang Cash lah, salah input memasukan nominal uang ke Work Paper. Pokoknya, masih banyak banget kesalahan-kesalahan yang gue lakukan selama menjadi seorang TDR.
Gue memag enggak pintar. Dan gue juga bukan tipikal orang yang langsung bisa ngerti kalau di beri pembelajaran. Gue butuh waktu lama untuk memahami. Tapi, meskipun kayak gitu, tekad gue buat belajar tuh kuat. Gue enggak peduli, mau gue di sindir, di omongin dari belakang, di anggap remeh, di anggap enggak pantas menjadi seorang TDR, tapi seenggaknya, di dalam hati kecil gue, ada semangat untuk belajar. Gue pengin bisa, gue pengin buktiin ke semua orang kalau gue mampu. Gue berusaha dengan hasil jerih payah gue sediri. Gue mencoba membangun kehidupan dan kepribadian gue agar jauh lebih baik lagi.
Udah beberapa kali gue di bilang sama staff TDR di sana "gimana, sih?! Masa iya salah terus-terusan. Belajar menghitung lagi sana di rumah!" "Yaelah, kok dia (gue) sih? Enggak ada yang lain apa?" "Gue enggak nyangka kalau dia yang di pilih di TDR. Kok bisa, sih?"
Cemohan yang gue denger dan gue lihat secara langsung. Kalau gue mau melemahkan hati gue, bisa aja gue nangis menggerung-gerung di saat itu juga. Tapi masalahnya, gue enggak bisa nangis. Kenapa? Karena, tekad gue buat menjadi seorang TDR itu jauh lebih besar dan kuat. Gue enggak peduli dengan cemohan mereka, toh gue lagi belajar. Wajar kalau salah.
Gue berdoa sama Allah, kalau memang rezeki gue memang menjadi seorang TDR, tolong beri kemudahan dan kelancaran agar gue bisa jauh lebih baik lagi. Tapi kalau enggak, ya mau bagaimana lagi. Toh, seenggaknya, gue sudah berusaha :)
Oke, mungkin cukup ya cerita gue hari ini. Gue sekarang lagi bener-bener belajar giat buat menjadi seorang TDR.
Doain gue, ya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar