Selasa, 23 September 2014

Yes, I Can Do It.



Get older get better.

Iyap, udah gak kerasa, gue hampir satu bulan kerja sebagai Cashier di salah satu supermarket di kawasan Jakarta Selatan. Enggak nyangka aja rasanya, bisa strugle di keadaan dimana membuat gue menangis dan sedih selama berhari-hari. And now, i try to enjoying every single time in there.

Honestly, yang namanya tempat kerja, you can't trust anyone in there. Gue ngerasain banget, yang namanya dunia kerja itu emang benar-benar keras. Banyak banget hal yang sedih dan menyakitkan yang akan lo rasakan perlahan-lahan. Iya mungkin kalau kalian lagi baca tulisan ini, gue di anggap lebay apa gimana. Tapi gue hanya menuliskan apa yang gue rasakan dan gue alamin. Dan buat kalian yang tahun ini lulus SMA, gue harap, kalian jangan langsung kerja, ya. Lebih baik kalian kuliah dulu. Asli. Dunia kerja itu keras.

Gue mau cerita sedikit tentang pengalaman gue yang hampir sebulan magang di sana.

Rasanya..... Asem-manis dan kebanyakan pahitnya. Seriously.

Kalau gue perhatiin, lama kelamaan, perilaku anak-anak di sana yang pernah nyinyirin gue, lama kelamaan jadi baik. Iya, gue sangat memaklumi banget kalau pas awal gue magang di sini, gue di sinisin. I can forgive them. Enggak ada dendam sama sekali. But at least, i can't trust them. Just as work's friend. No more.

Namun tetap aja, gue itu manusia biasa yang punya hawa nafsu dan enggak sesempurna Allah yang dapat memaafkan kesalahan umatnya dengan mudah. Gue mem- Blacklist dua orang di sana. Dan nama mereka itu Ara dan Nana

Untuk masalah Ara, kalau kalian baca di postingan gue sebelumnya, pasti kalian tau kenapa gue sebal sama Ara. Awalnya, gue mau memaafkan kesalahapahaman Ara tentang hubungan gue dengan kak Ai. Tapi enggak tau kenapa, dia itu semakin gue baikin, semakin jadi. Eneg gak sih, si Ara setiap ngeliat gue lagi ngobrol sama siapa aja, pasti dia tiba-tiba nimbrung. Mending dia nimbrung sambil ngajakin gue ngobrol. Lah ini? Setiap gue lagi ngobrol sama si A, B, atau C, pasti si Ara langsung ngedeketin dan ngajak ngobrol mereka. Kesannya, Ara tuh enggak pengin gue punya temen di sana. Ya Allah, dia masih aja dendam kesumat sama gue. Heran. Salah mulu sih gue.

Dan satu lagi nih, si Nana. Sumpah, dari awal gue ngeliat dia, gue emang punya feeling kalau ini anak itu songong. Dan ternyata? dugaan gue terbukti.

Gimana gue enggak bilang dia songong coba? Kebetulan, hari ini, Kasa gue sebelahan sama Kasanya si Nana. Dan karena dasarnya gue kalau emang enggak suka sama orang, enggak akan gue ajak ngobrol duluan, ya gue diemin aja. Terus yang bikin gue bingung, tiba-tiba dia ngomong gini ke gue,

"Gue tuh kalau ada orang yang sinis ngeliatin gue, enggak asik di ajak ngobrol, terus ngomongnya pedes, gue mah lebih baik diem aja. Kalau orangnya asik sih, gue bakal ngoceh terus, nih"

Gue diem pas ngomong kayak gitu, dan gue ngebatin "Oh, elo nyindir gue nih maksudnya? gue enggak asik, omongan gue sinis, begitu?"

Dan si Nana pun ngoceh lagi "Tadi aja senior sampai nanya ke gue, 'kok lu diem aja sih Fiyona? Biasanya lu juga cengar-cengir' gitu. Hahaha"

Dan dari omongan si Nana, gue udah menyimpulkan kalau dia enggak suka sama gue.

And then, apakah gue sakit hati?

Enggak sama sekali.

Gue malah ketawa pas dia ngomong kayak gitu. Gue hanya berpikir, bukan tugas dan kewajiban gue untuk membuat Nana senang, nyaman dan menjadi partner yang asyik buat ngobrol. Karena enggak semua orang di dunia ini cocok dengan kepribadian kita. Dan gue enggak mau memaksakan diri gue buat diterima sama Nana menjadi teman. Iya untungnya buat gue apa coba? Berteman dengan orang yang jelas-jelas enggak suka sama gue. Terus, apakah gue harus merubah kepribadian gue supaya menjadi 'menyenangkan' di mata dia? Enggak berguna sama sekali. Buang-buang waktu.

Sekarang begini aja, buat kalian yang pernah di sindir kalau kalian itu enggak menarik lah, membosankan lah, ataupun semacamnya, jangan sedih! Bukan tugas kita untuk membahagiakan semua orang di muka bumi ini. Karena sebenarnya, yang harus kita lakukan hanyalah satu

Be your BEST self

Jangan pernah melakukan sesuatu atas nama orang lain. Berubahlah karena lo pengin menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Enggak usah sedih kalau lo di bilang sebagai orang yang membosankan. Gue tau, rasanya sakit, karena gue pernah mengalami hal itu. Tapi sekarang, percuma kalau kita hanya meratapi kekurangan kita, yang perlu kita lakukan adalah, merubah kekurangan tersebut menjadi kelebihan. Jangan pernah takut salah, dan jangan merasa putus asa kala orang lain menanggap kita sebagai pribadi yang bodoh. Gue akuin, gue banyakkk banget melakukan kesalahan selama berulang-ulang. Kesannya gue kayak enggak pernah belajar dari kesalahan, ya? Tapi terkadang, ada kalanya, kita harus merasakan jatuh dan sakit dari kegagalan. Karena dengan rasa sakit itu, kita bisa menjadi pribadi yang lebih kuat dan tahan banting.

Mungkin sampai di sini dulu cerita gue kali ini. Gue hanya berharap, semoga kalian yang membaca tulisan ini, bisa sedikit termotivasi. Dan gue berharap untuk kehidupan gue, semoga lebih baik lagi. Semoga kesalahan dan pengalaman yang gue rasakan menjadikan gue sebagai pribadi yang jauh lebih baik dan lebih dewasa.

Gue enggak akan menyalahkan diri gue dengan kesalahan-kesalahan yang gue buat. Gue sadar, semakin gue banyak salah, semakin gue banyak belajar. Dan kesalahan yang sering gue perbuat, menjadikan gue tau, langkah terbaik apa yang harus gue ambil kedepannya.

Jadilah lebih dewasa, Lia. Kamu pasti bisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar